LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS
(DM) DAN GANGREN
A. Konsep Dasar
1.
Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda–tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein. (Askandar, 2001).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis
yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah
kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai. (Askandar, 2000).
2.
Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya rata – rata
60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik manusia ataupun hewan.
Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian
ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan
epitel yang membentuk usus.
Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
v
Asini sekresi getah pencernaan
ke dalam duodenum.
v
Pulau Langerhans yang tidak
tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon
langsung ke dalam darah.
Pulau
langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
v
Sel – sel µ, jumlahnya sekitar 20 – 40 %, memproduksi glikagon yang manjadi
faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ Anti Insulin Like Activity
“.
v
Sel – sel b, jumlahnya sekitar 60 – 80 % , memproduksi insulin.
v
Sel – sel Delta jumlahnya
sekitar 5 – 15 %, memproduksi somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat
dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop
pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak pembuluh darah
kapiler. Pada penderita DM, sel beta (b) sering
ada tetapi berbeda dengan pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak
berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk
insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak
sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan,
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik
pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein
reseptor yang besar di dalam membran sel.
Insulin
di sintesis sel b pankreas dari proinsulin dan di simpan
dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi
insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila
kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg / 100ml darah, sekresi insulin
meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan
menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor
lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang
sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin
untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan
terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel-sel lemak.
3.
Etiologi
a.
Diabetes Melitus (DM)
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai
kemungkinan etiologi DM yaitu :
ð
Kelainan sel b pankreas, berkisar dari hilangnya sel b sampai kegagalan sel b melepas
insulin.
ð
Faktor – faktor lingkungan yang
mengubah fungsi sel b, antara
lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
ð
Gangguan sistem imunitas.
ð
Kelainan insulin.
b.
Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen
: - Genetik, metabolik
Faktor eksogen
: - Trauma
4.
Patofisiologis
a)
Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
Ø
Berkurangnya pemakaian glukosa
oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 – 1200 mg/dl.
Ø
Peningkatan mobilisasi lemak
dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak
yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
Ø
Berkurangnya protein dalam
jaringan tubuh
b)
Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
Ø
Teori Sorbitol
Hiperglikemia
akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan
dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak
akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian
dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol.
Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
Ø
Teori Glikosilasi
Akibat
hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada
protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular.
5.
Klasifikasi
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6 tingkat, yaitu
:
·
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh
dengan kemungkinan disertai kelainan kaki seperti “ claw, callus “.
·
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
·
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
·
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa
osteomielitis.
·
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki
dengan atau tanpa selulitis.
·
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian
tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan, yaitu :
ð
Kaki Diabetik akibat Iskemia
(KDI)
ð
Kaki Diabetik akibat Neuropati
(KDN)
·
Kaki Diabetik akibat Iskemia
(KDI) disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah
betis.
Gambaran klinis
KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
-
Pada perabaan (palpasi) terasa
dingin.
-
Pulsasi pembuluh darah kurang
kuat.
-
Didapatkan ulkus sampai
gangren.
·
Kaki Diabetik akibat Neuropati
(KDN) terjadi karena kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati
rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
6.
Dampak masalah
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan
individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :
a.
Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit
ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan tersebut.
a)
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehats
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan
yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b)
Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
c)
Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d)
Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami
kelelahan.
e)
Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu
dan menarik diri dari pergaulan.
f)
Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit
yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola
tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
g)
Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
h)
Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
i)
Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sex, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
j)
Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adapti.
k)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadah penderita.
b.
Dampak pada keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di
rumah sakit, akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari kelurga, karena
masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan
mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena
salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid
I, Media Ausculapius FKUI, Jakarta.
Ø Tjokronegoro, Arjatmo. 1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
FKUI, Jakarta.
Ø Marillyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Ø Lynda, Carpenito Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Ø Morison¸Moya J. Manajemen Luka, EGC, Jakarta.
Ø Tarwoto, Wartonah. KDm dan Proses Keperawatan, Salemba
Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar