BAB I
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah
termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging
struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia
ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3)
tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat.
Perkembangan IPTEK memberikan dampak
positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) atau
usia harapan hidup.
Jumlah penduduk lansia Indonesia,
beserta usia harapan hidupnya diperlihatkan dalam Tabel berikut ini:
Selanjutnya, terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
- 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri
- 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
- 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
- hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1.
kelompok menjelang usia lanjut (45 –
54 th) sebagai masa VIRILITAS
2.
kelompok usia lanjut (55 – 64 th)
sebagai masa PRESENIUM
3.
kelompok usia lanjut (65 th > )
sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori,
yaitu:
1.
usia pertengahan : 49 – 59 tahun
2.
lanjut usia : 60 – 74 tahun
3.
lanjut usia tua : 75 - 90 tahun
4.
usia sangat tua : > 90 tahun
Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati A.M.:
Masa bayi : 0-1 thn
Masa pra
sekolah : 1-6 thn
Masa sekolah : 6-10 thn
Masa
pubertas : 10-20
thn
Masa
setengah umur : 40-65 thn
Masa lanjut
usia : 65 tahun
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani:
Pertama : fase iuventus (25-40 tahun)
Kedua : fase verilitas (40-50
tahun)
Ketiga : fase prasenium (55-65 tahun)
Keempat : fase senium (65 tahun hingga tutup
usia)
Menurut Dr. Koesoemato Setyonegoro:
Usia dewasa
muda/elderly adulthood: 18 atau 20 – 25 thn
Usia dewasa
penuh/middle years: 25-60 thn atau 65 thn
Lanjut
usia/getriatric age: >65 tahun atau 70 tahun
·
Young Old : 70-75 tahun
·
Old :
75-80 tahun
·
Very old : > 80 tahun
Menurut Birren dan Jenner tahu 1977:
·
Usia biologis:
Menunjuk pada jangka waktu seseorang
sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati
·
Usia psikologis:
Kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya
·
Usia social:
Peran-peran yang diharapkan atau
diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para usia
lanjut dapat digolongkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:
1.
Lanjut usia mandiri sepenuhnya
2.
Lanjut usia mandiri dengan bantuan
langsung keluarganya
3.
Lanjut usia mandiri dengan bantuan
tidak langsung
4.
Lsnjut usia dibantu oleh badan usaha
5.
Lanjut usia Panti Social Tresna
Werda
6.
Lanjut usia yang dirawat di Rumah
Sakit
B. PROSES
PENUAAN
- Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
- Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial.
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan
diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan
oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat
mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal:
pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua
adalah:
1. terjadi dalam sel seperti:àPerubahan
Mikro
·
Berkurangnya cairan dalam sel
·
Berkurangnya besarnya sel
·
Berkurangnya jumlah sel
2.
yang jelas terlihat seperti:àPerubahan
Makro
·
Mengecilnya mandibula
·
Menipisnya discus intervertebralis
·
Erosi permukaan sendi-sendi
·
Osteoporosis
·
Atropi otot (otot semakin mengecil,
bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
·
Emphysema Pulmonum
·
Presbyopi
·
Arterosklerosis
·
Manopause pada wanita
·
Demintia senilis
·
Kulit tidak elastis
·
Rambut memutih
C. KARAKTERISTIK
PENYAKIT PADA LANSIA
Secara umum
karakteristik penyakit pada lansia digambarkan sebagai berikut:
- Penyakit sering multiple : saling berhubungan satu sama lain
- Penyakit bersifat degeneratif
- Gejala sering tidak jelas : berkembang secara perlahan
- Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
- Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
- Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota
(Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut:
1) Fungsi tubuh
dirasakan menurun:
Penglihatan
(76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), kelenturan (53,23 %), Gilut
(51,12 %).
- Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang
(69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan
menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak
nafas (21,28 %).
D. PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + Gerontik ; Ilmu Keperawatan
Gerontik
- Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
- Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
- Gerontik : gerontologi + geriatric
- Geros : lanjut usia, logos : ilmu
- Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut atau ilmu yang memepelajari secara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia
- Gerontologi (Kozier, 1987): ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua.
- Gerontologi (Miler, 1990): cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi di semua usia.
- Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
- Geriatrik : cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada lansia atau aspek klinis, preventif maupun terapeutis bagi klien lansia.
Tujuan geriatric:
1)
Mempertahankan derajat kesehatan
pada lansia taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit
gangguan
2)
Memelihara kondisi kesehatan dengan
aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3)
Merangsang para petugas kesehatan
untuk mengenal masalah kesehatan lansia
4)
Memelihara kemandirian secara
maksimal
5)
Mengantar lansia pada akhir masa
hidupnya
Mengapa gerontik dianggap tepat dalam keperawatan?
Focus
keperawatan adalah respon seseorang terhadap problem yang bersifat actual
maupun potensial, bukan hanya pada kondisi sakit atau kecacatan tetapi juga
pada kondisi sehat.
Bagaimana
mempertahankan kesehatan lansia, meningkatkan dan mencegah dari bahaya yang
mungkin timbul sehingga lansia dapat tetap produktif dan berbahagia pada usia
lanjut.
- Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
- Keperawatan gerontik (Kozier, 1987): praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
- Keperawatan gerontik: spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lansia secara komprehensif.
- Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari keperawatan gerontik (Gerontic Nursing)
BAB II
LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
PERAWAT GERONTIK
A. FENOMENA BIDANG GARAP KEPERAWATAN
GERONTIK
Fenomena yang menjadi bidang garap
keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM)
lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Respon lanjut usia terhadap proses
penuaan berbeda-beda sesuai dengan latar belakang social budaya dimana lanjut
usia tersebut berada, sehingga fenomena yang menjadi bidang garapan adalah
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia sebagai akibat proses penuaan
B. LINGKUP PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
Lingkup askep gerontik meliputi:
1)
Pencegahan terhadap ketidakmampuan
akibat proses penuaan.
2)
Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akibat proses penuaan.
3)
Pemulihan ditujukan untuk upaya
mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1)
Sebagai Care Giver /pemberi asuhan
langsung
Berupa bantuan kepada klien lansia
yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sebagai akibat proses penuaan, meliputi:
Pengkajian: upaya mengumpulkan
data/informasi yang benar tentang status kesehatan lansia
Menegakkan diagnose keperawatan
berdasarkan analisis dari hasil pengkajian
Merencanakan intervensi keperawatan
untuk mengatasi kesenjangan atau langkah-langkah/cara penyelesaian masalah
lansia baik bersifat actual, resiko
Melaksanakan rencana yang telah
disusun
Mengevaluasi berdasarkan respon
verbal dan non verbal klien lansia terhadap intervensi yang dilakukan
2)
Sebagai Pendidik klien lansia
Membantu meningkatkan pengetahuan klien lansia untuk
memahami tentang pemenuhan kebutuhannya.
3)
Sebagai Motivator
Memotivasi klien lansia yang kurang memiliki kemauan
untuk memenuhi kebutuhan.
4)
Sebagai Advokasi
Memberi advokasi terhadap klien lansia dalam pemenuhan kebutuhannya
5)
Sebagai Konselor
Memberikan konseling terhadap klien lansia agar mampu
beradaptasi secara optimal terhadap proses penuaan yang terjadi
Tanggung jawab Perawat Gerontik:
1)
Membantu klien lansia memperoleh
kesehatan secara optimal
2)
Membantu klien lansia untuk
memelihara kesehatannya
3)
Membantu klien lansia menerima
kondisinya
4)
Membantu klien lansia menghadapi
ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal
C. SIFAT PELAYANAN KEPERAWATAN GERONTIK
Sifat Pelayanan Askep Gerontik:
1)
Independent (layanan tidak tergantung
pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri
oleh profesi keperawatan dalam membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan dasar
lansia.
2)
Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam
mengatasi masalah kesehatan lansia.
3)
Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia.
4)
Holistik (secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat dan keluarga,
sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek social budaya
keluarga dan masyarakat.
D.
MODEL PEMBERIAN PELAYANAN PERAWATAN
PROFESIONAL PADA KLIEN
LANSIA
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1)
Model Asuhan
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian. Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian. Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
2)
Model Manajerial (berkaitan pada
pengaturan/manajemen)
Model Manajerial yaitu: yang sesuai
juga masih dalam penelitian tentang yang lebih mengarah pada tindakan yang
profesional.
BAB III
TEORI PROSES
MENUA DAN
KEADAAN POST
POWER SYNDROM
A. TEORI PROSES MENUA (AGING PROCESS THEORY)
Menua adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994).
1)
Teori-teori
Biologi
a.
Teori
genetic dan mutasi (somatic mutatie theory)
·
Menua
terjadi sebagai akibat perubahan biokimia yang deprogram oelh
molekul-molekul/DNA dan setiap saat mengalami mutasi
·
Contoh:
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
b.
Teori
reaksi dan kekebalan sendiri (auto Immune Theory)
c.
Teori
“Immunologi Slow Virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
d.
Teori
stress
Terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.
e.
Teori
radikal bebas
·
Terbentuk
di alam bebas
·
Tidak
stabilnya RB mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic
·
Menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi
f.
Teori
rantai silang
g.
Teori
program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati
2)
Teori
Kejiwaan Sosial
a.
Aktivitas
atau Kegiatan (activity teory)
·
Pada
lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
social
·
Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia
·
Mempertahankan
hubungan antara sistem social dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b.
Kepribadian
berlanjut (Continuity Theory)
Dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya
c.
Teori
pembebasan (Disengagenment theory)
·
Dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
·
Kehilangan
ganda (triple loss)
Kehilangan
peran (loss of role)
Hambatan
kontak social (restraction of contacs and relation ships)
Berkurangnya
komitmen (reduces commitment to social mores and values)
3)
Teori
Lingkungan (Enviromental Theory)
B. POST POWER
SYNDROME
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lanjut usia:
1)
Perubahan-perubahan
fisik
a.
Sel
·
Lebih
sedikit jumlahnya
·
Lebih
besar ukurannya
·
Berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
·
Jumlah
sel otak menurun
b.
Sistem
persyarafan
·
Berat
otak menurun 10-20%
·
Cepat
menurun hubungan persyarafan
·
Lambat
respond an bereaksi
·
Mengecilnya
saraf panca indra
·
Kurang
sensitive terhadap sentuhan
c.
Sistem
pendengaran
·
Presbiakusis
Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama
terhadap suara atau nada tinggi, suara yang kurang jelas, sulit mengerti
kata-kata
·
Membrane
timpani mengalami atrofi sehingga terjadi otosklerosis
·
Terjadinya
pengumpulan serumen yang kemudian mengeras karena meningkatnya keratin
·
Pendengaran
semakin menurun pada lansia yang mengalami stress
d.
Sistem
penglihatan
·
Sfingter
pupil timbul sklerosis dan hilang respon atas sinar
·
Kornea
berbentuk sferis
·
Lensa
lebih suram dan menjadi katarak
·
Hilangnya
daya akomodasi
·
Meningkatnya
ambang, sedangkan daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat.
e.
Sistem
Kardiovaskuler
·
Elastisitas
dinding aorta menurun
·
Katup
jantung menebal dan kaku
·
Kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah usia 20 tahun
·
Kehilangan
elastisitas pembuluh darah
·
Tekanan
darah meninggi
f.
Sistem
Pengaturan Temperature Tubuh
·
Temperatur
tubuh menurun
·
Keterbatasan
reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
g.
Sistem
Respirasi
·
Otot-otot
pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
·
Paru-paru
kehilangan elastisitas
·
Oksigen
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
·
CO2
pada arteri tidak berganti
·
Kemampuan
untuk batuk berkurang
·
Kemampuan
pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia
h.
Sistem
Gastrointestinal
·
Kehilangan
gigi
·
Indra
pengecap menurun
·
Esophagus
melebar
·
Lambung
·
Peristaltic
lemah dan biasanya timbul konstipasi
·
Fungsi
absorpsi melemah
·
Liver:
mengecil, menurunnya tempat penyimpanan, aliran darah berkurang
·
Ginjal
·
Vesika
urinaria (kandung kemih)
·
Pembesaran
prostat ±75% (pria di atas 65 tahun)
i.
Sistem
reproduksi
·
Menciutnya
ovary dan uterus
·
Atrofi
payudara
·
Pada
kaum laki-laki, spermatozoa masih diproduksi meskipun ada penurunan
·
Dorongan
seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun
·
Selaput
lender vagina menurun, permukaan menghalus, sekresi berkurang
j.
Sistem
Endokrin
·
Produksi
hormone menurun
·
Fungsi
paratiroid dan sekresinya
·
Pituitary
·
Menurunnya
aktifitas tiroi, BMR, daya pertukaran zat
·
Menurunnya
produksi aldosteron
·
Menurunnya
sekresi hormone kelamin
a.
Sistem
kulit
·
Kulit
mengerut atau keriput
·
Permukaan
kulit kasar dan bersisik
·
Menurunnya
respon terhadap trauma
·
Mekanisme
proteksi kulit menurun
·
Kulit
kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
·
Rambut
hidung dan telinga menebal
·
Berkurangnya
elastisitas
·
Kuku
tumbuh lebih lambat, kuku jari keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh berlebihan
·
Kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya
·
Kuku
pudar dan kurang bercahaya
l.
Sistem
muskullosletal
·
Tulang
kehilangan cairan (density) dan makin rapuh
·
Kifosis
·
Pinggang,
lutut, jari-jari pergelangan terbatas
·
Discus intervertebralis menipis dan memendek
·
Persendian
menjadi besar dan kaku
·
Tendon
mengerut dan mengalami skelerosis
·
Atrofi
serabut otot
·
Otot-otot
polos tidak begitu berpengaruh
2)
Perubahan-perubahan
Mental
a.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental:
·
Perubahan
fisik, khususnya organ perasa
·
Kesehatan
umum
·
Tingkat
pendidikan
·
Keturunan
·
Lingkungan
b.
Kenangan
(memory)
·
Kenangan
jangka panjang
·
Kenangan
jangka pendek
c.
I.Q.
(Intelligentia Quantion)
·
Informatika
matematika dan perkataan verbal tidak berubah
·
Penampilan,
persepsi, ketrampilan psikomotorik berkurang
3)
Perubahan-perubahan
Psikososial
a.
Pensiun
·
Kehilangan
financial
·
Kehilangan
status
·
Kehilangan
relasi, sahabat
·
Kehilangan
pekerjaan atau kegiatan
b.
Merasakan
atau sadar akan kematian
c.
Perubahan
dalam cara hidup
d.
Ekonomi
akiabt pemberhentian dari pekerjaan
e.
Penyakit
kronis dan ketidakmampuan
f.
Gangguan
syaraf panca indra
g.
Gangguan
gizi
h.
Hilang
kekuatan atau ketegangan fisik
Perkembangan
Spiritual:
Ø Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya
Ø Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaan
Ø Perkembangan spiritual pada usia 70 tahunan menurun.
Perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan
cara member contoh cara mencintai keadilan
Aspek
Seksualitas pada Usia Lanjut:
Orang yang makin menua (menjadi tua) seksual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentufungsi seksual seseorang
berhenti; frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap
tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
Perubahan
Fisiologik Seksual Akibat Proses Menua:
Ø Pada wanita lansia terjadi produksi estrogen dan
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause
Ø Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi meliputi
penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas.
Ø Penurunan sekresi vagina mengakibatkan kekeringan,
gatal dan menurunnya keasaman vagina involusio (atropi) uterus dan ovarium dan
penurunan tonus muskulus pubokosigeus mengakibatkan lemasnya vagina dan
perineum.
Ø Perubahan tersebut berakibat perdarahan pervagina dan
nyeri saat bersenggama. Pada pria lansia, penis dan testis menurun ukurannya
dan keadaan androgen berkurang.
Pengaruh
Umum Penuaan Fungsi Seksual Pria:
Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual
pada pria meliputi hal-hal berikut:
Ø Terjadinya penurunan sirkulasi testosterone, tapi
jarang mengakibatkan gangguan fungsi seksual pada lansia yang sehat
Ø Ereksi penis memerlukan waktu lebih lama dan mungkin
tidak sekeras sebelumnya. Perangsangan langsung pada penis seringkali
diperlukan.
Ø Ukuran testis tidak bertambah, elevasinya lambat dan
cenderung turun
Ø Kelenjar penis tampak menurun
Ø Control ejakulasi meningkat
Ø Dorongan seksual jarang terjadi pada pria di atas 50
tahun
Ø Tingkat orgasme menurun atau hilang.
Ø Kekuatan ejakulasi menurun sehingga orgasme kurang
semangat
Ø Ejakulasi selama orgasme terdiri dari satu atau dua
kontaksi pengeluaran sedangkan pada orang yang lebih muda dapat terjadi empat
kontraksi besar diikuti kontraksi kecil sampai beberapa detik
Ø Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ
genital eksterna. Frekuensi kontaksi sfingter ani selama orgasme menurun.
Ø Setelah ejakulasi, penurunan ereksi dan testis lebih
cepat terjadi
Ø Kemampuan ejakulasi setelah ereksi semakin panjang,
pada umumnya dua belas sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang
muda yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
Ø Pada klimaksnya, hubungan seksual masih memberikan
kepuasan yang kuat
Hambatan
Aktivitas Seksualitas pada Lanjut Usia:
a.
Hambatan
Eksterna
·
Pandangan
social yang menganggap bahwa aktivitas seksualitas tidak layak lagi dilakukan
oleh para lansia
·
Tantangan
dari keluarga (anak-anak) dengan berbagai alasan
·
Karena
peraturan dan ketiadaan privacy di institusi (panti werdha)
b.
Hambatan
Interna
·
Pribadi
(psikologik) sehingga merasa tidak bisa dan tidak pantas untuk bisa menarik
lawan jenisnya
·
Pandangan
social dan keagamaan sehingga ditekan sedemikian rupa sehingga memberikan
dampak pada hubungan seksual
·
Obat-obatan
·
Disfungsi
ereksi
·
Penatalaksanaan
masalah-masalah seksual pada lanjut usia.
Penatalaksanaan
biasanya:
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
tambahan
Terapi
psikologik
Medikamentosa
(hormonal atau infeksi intra corporal)
Pengobatan
dengan vakum
Pembedahan
BAB IV
HUKUM TENTANG
PERAWATAN LANJUT USIA
A. DASAR
HUKUM LANSIA
Landasan Hukum Di Indonesia
Berbagai
produk hukum
dan perundang-undangan yang langsung mengenai Lanjut Usia atau yang tidak
langsung terkai dengan kesejahteraan Lanjut Usia telah diterbitkan sejak 1965. Beberapa
di antaranya adalah :
- Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang Jompo (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 nomor 32 dan tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 2747).
- Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
- Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.
- Undang-undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
- Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional.
- Undang-undang Nomor 2 tahun 1982 tentang Usaha Perasuransian.
- Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
- Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
- Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]
- Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
- Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
- Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan.
- Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi Orang jompo.
Undang-undang Nomor 13 tahun 1998
ini berisikan antara lain :
- Hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan.
- Upaya pemberdayaan.
- Uaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia potensial dan tidak potensial.
- Pelayanan terhadap Lanjut Usia.
- Perlindungan sosial.
- Bantuan sosial.
- Koordinasi.
- Ketentuan pidana dan sanksi administrasi.
- Ketentuan peralihan.
B. ASPEK LEGAL PERAWATAN LANSIA
Prioritas Penelitian Bidang
Keperawatan Gerontik
Keperawatan
gerontik secara holistic menggabungkan aspek pengetahuan dan keterampilan dari
berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik,
mental, social dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi
lansia kearah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan pada
pemulihan kesehatan, maksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi
sehat, sakit, maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama
dalam menghadapi kematian. Penelitian keperawatan gerontik diharapkan dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pengembangan teknik maupun mutu
pelayanan dengan berbagai pendekatan di atas. Namun dalam menyusun prioritas
penelitian, perlu diseimbangkan antara kebutuhan untuk menambah ilmu dan
wawasan baru dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas, efektivitas,
efisiensi dan kepatuhan pelayanan. Dalam mengembangkan penelitian tersebut,
kita terlebih dahulu perlu mengetahui aspek-aspek kritis yang ada dalam
keperawatan gerontik.
Area Prioritas
- Pelayanan, evaluasi dan efektivitas intervensi terhadap individu atau kelompok atau metode baru dalam pelayanan keperawatan. sub area prioritas: ventilasi dan sirkulasi, nutrisi, ekskresi, aktivitas dan istirahat, stimulasi mental, tidur, masalah kardiovaskuler, masalah penyakit vaskularisasi periver, masalah respiratori, masalah gastrointestinal, masalah diabetes, masalah muskulusskeletal, masalah genitourinary, masalah neurology, masalah menurunnya fungsi sensorik, masalah dermatologi, masalah kesehatan mental, tindakan operatif dan dampaknya, palliative care, manajemen nyeri, rehabilitasi, perawatan diri dan higienitas, pengawasan menelan obat.
- parameter dan hasil (out come) intervensi klinik yang spesifik. Sub area prioritas:diagnosis keperawatan yang spesifik, pengembangan alat ukur geriatric.
- factor-faktor organisasi yang berdampak pada system pelayanan dan kinerja, sub area prioritas : peran kolaborasi, model keperawatan di rumah (home care), model perawatan di rumah sakit (hospital care), model perawatan di panti jompo (institutional care), model perawatan jangka panjang (long-term care), nursing agency, team work.
- factor-faktor social yang berdampak pada tingkat kesehatan lansia. Sub area prioritas : aspek legal:kebijakan dan regulasi, kelenturan kesehatan yang berbasis budaya dan kepercayaan, social ekonomi, konsep-konsep gerontology (aspek kesehatan, aspek spiritual, aspek etika dan moral, aspek nutrisi, aspek psikologis, aspek fisiologis dan aspek social).
- kualitas hidup (quality of life) dan intervensi kesehatan psiko social. Sub area prioritas:penilaian status fungsional, psikologis, senile demensia, olah raga, rekreasi, upaya preventif terhadap risiko kecelakaan, interaksi social, spiritual, manajemen stress, sakaratul maut, support keluarga, aktivitas dan disfungsi seksual.
- promosi kesehatan. Sub area prioritas:pesan, teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Lansia Masa Kini dan Mendatang. Jakarta: Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial. 2010
Anonim. Konsep
Dasar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Nurse Idea. 2009.
Darmojo, Budi. Beberapa Masalah Lanjut Usia. Jakarta:
Majalah Hospitalia tahun II, No. 10, 11, dan 12.1977.
Darmojo, Boedi. Geriatri/Gerontology. Semarang:
Universitas Diponegoro. 1996.
Darmojo, Boedi. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1999.
Mardjono, Mahar. Beberapa Masalah dalam Geriatri dan
Aspek Medik pada Usia Lanjut. Jakarta: Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1982.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2000.
Kiswanto, Eka A. Trend dan Isu Legal dalam Keperawatan
Profesional. Jakarta: Pro-Health. 2009.
R, Rully. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Lansia di
RSU dalam Perspektif HAM. Jakarta: Harian Suara Pembaharuan. 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar